Sejarah Dupa dan Mengapa Digunakan Saat Misa
.
Oleh Larry Peterson
Elemen wawangian
dari warisan Katolik kita ini sudah ada berabad-abad sebelum kelahiran Kristus.
Bagi saya ada “sesuatu” dari wawangian yang berasal dari dupa yang baru dibakar
itu yang mengisi ruangan gereja dan mengangkat semangat rohani kita. Nah dari
mana dupa itu berasal dan mengapa kita menggunakannya?
Penggunaan dupa
dalam peribadatan keagamaan dimulai lebih dari 2.000 tahun sebelum Kekristenan
lahir. Penggunaan dupa di Tiongkok dicatat sebelum tahun 2.000 Sebelum Masehi.
Perdagangan dupa dan rempah-rempah adalah faktor ekonomi utama antara Barat dan
Timur, ketika karavan (kendaraan berbentuk gerobak yang ditarik oleh binatang –red.)
berkelana di Rute Dupa Timur Tengah dari Yaman melalui Arab Saudi. Rute ini
berakhir di Israel dan di sinilah dupa diperkenalkan kepada Kerajaan Romawi.
Agama-agama di
dunia barat sudah lama menggunakan dupa dalam upacara-upacara mereka. Dupa
tercatat dalam Talmud dan disebutkan dalam Alkitab sebanyak 170 kali
(seringkali dengan istilah ukupan –red.). Contohnya dalam Keluaran
30:1 yang berbunyi:
“Haruslah
kaubuat mezbah, tempat pembakaran ukupan; haruslah kaubuat itu dari kayu penaga
… “
Penggunaan dupa
dalam ibadat umat Yahudi berlangsung lama bahkan setelah awal mula Kekristenan
dan yang menjadi pengaruh yang pasti dalam penggunaan dupa dalam perayaan
liturgis Gereja Katolik. Gereja melihat bahwa pembakaran dupa sebagai gambaran
doa-doa umat beriman yang naik ke Surga. Simbolisme ini disebutkan dalam Mazmur
141:2 yang berbunyi:
“Biarlah doaku
adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti
persembahan korban pada waktu petang.”
Tidak ada
rentang waktu yang pasti yang tercatat untuk mengetahui kapan dupa
diperkenalkan dalam ibadat keagamaan Gereja. Tidak juga ada bukti untuk
membuktikan bahwa penggunaan dupa selama empat abad pertama Gereja. Namun ada
referensi bahwa dupa digunakan dalam Perjanjian Baru. Lukas, di awal Injilnya,
berbicara tentang kelahiran Yohanes Pembaptis, dia menuliskan demikian:
Sementara itu
seluruh umat berkumpul di luar dan sembahyang. Waktu itu adalah waktu
pembakaran ukupan. Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri
di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan. Melihat hal itu ia terkejut dan
menjadi takut. (Luk 1:10-12)
Dupa bersifat
sakramental, digunakan untuk menguduskan, memberkati, dan memuliakan. Asap dupa
adalah simbol dari misteri Allah sendiri. Ketika asap dupa naik, gambaran dan
wewangian menunjukkan manisnya kehadiran Tuhan kita dan memperkuat makna Misa
yang menghubungkan Surga dan Bumi, yang berakhir di hadirat Allah.
Asap juga
melambangkan iman yang kuat yang seharusnya memenuhi kita semua dan wawangian
mewakili kebajikan Kristen.
Dalam PUMR
(Pedoman Umum Misale Romawi) memperbolehkan penggunaan dupa pada beberapa waktu
dalam Misa. Ketika sesuatu didupai, wiruk (pedupaan) diayunkan tiga kali, yang
mewakili Tiga Pribadi dalam Tritunggal Mahakudus.
Ada beberapa
waktu penggunaan dupa dalam Misa
- Ketika prosesi masuk.
- Permulaan Misa untuk mendupai altar dan salib.
- Permulaan bacaan Injil.
- Setelah roti dan piala ditempatkan di altar untuk mendupai persembahan, salib, altar, imam, dan akhirnya umat.
- Setelah Tubuh Kristus dikonsekrasi dan Tubuh Kristus diangkat dan setelah Darah Kristus dikonsekrasi dan Darah Kristus diangkat. (tambahan dari TerangIman.com)
Selain itu, dupa
digunakan pada upacara pemakaman baik dalam gereja, di peti mati dan di tempat
pemakaman. Dupa juga digunakan pada Kamis Putih saat Sakramen Mahakudus
ditahtakan dalam masa hening. Dan pada Malam Paskah, lima butir dupa ditusukkan
dalam Lilin Paskah.
Akhirnya mari
kita lihat Kitab Wahyu 8:3-4:
Maka datanglah
seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan
emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya
bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta
itu. Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu
dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Betul sekali,
penggunaan dupa itu sangat berakar dalam warisan Katolik kita.
Sumber: “The history of incense and why it’s used at
Mass”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar