Yogyakarta, (Tagar 3/10/2018) - Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim
Saifuddin mengatakan akan membuat draf sandingan terhadap RUU Pesantren
dan Pendidikan Keagamaan dari versi pemerintah.
Ia berharap draf
sandingan ini bisa mengakhiri polemik RUU Pesantren, salah satunya
mengenai pasal yang berisi pendidikan Sekolah Minggu dan Katekisasi.
Hal
ini disampaikan Menag saat diskusi bersama agamawan dan budayawan di
Homestay Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Jumat (2/11) malam, mengutip
Kantor Berita Antara.
Ia mengatakan Sekolah Minggu dan
Katekisasi tidak perlu diatur dalam UU. "Mungkin mereka (DPR RI) terlalu
jauh masuk kepada wilayah Sekolah Minggu, misal Katekisasi yang
sebenarnya bukan lembaga pendidikan, tapi itu adalah peribadatan
tertentu yang tidak perlu diatur terlalu jauh," katanya.
"Kita
sudah pelajari dan mendalami sejumlah masukan dari berbagai kalangan
seperti PGI (Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia) dan KWI (Konferensi
Waligereja Indonesia), bahkan forum Kyai-kyai," tambah Lukman.
Baca Juga: PGI Keberatan RUU Pesantren Atur Syarat Sekolah Minggu dan Katekisasi
Ia
menyebut draf itu akan dibahas segera dalam satu atau dua minggu ke
depan dan mengundang para pemangku kepentingan untuk mendiskusikan draf
sandingan RUU Pesantren yang dibuat pemerintah.
Dalam acara tersebut Menag juga bicara tentang budaya dan agama yang tidak perlu dipertentangkan.
Hal
itu disampaikan Menag Lukman saat membacakan tanggapan atas pernyataan
sikap agamawan dan budayawan tentang relasi agama dan budaya di
Indonesia di Homestay Tembi, Desa Timbulharjo, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY), Sabtu (3/11).
Pernyataan itu merupakan
poin pertama dari empat kesepakatan agamawan dan budayawan, setelah
sebelumnya digelar Sarasehan Agamawan dan Budayawan dengan mengambil
tema, "Reaktualisasi Relasi Agama dan Budaya di Indonesia".
Baca Juga: Sekolah Minggu Sama Seperti Sholat, Apakah Nunggu 15 Orang Baru Terlaksana?
"Pengembangan
budaya di Indonesia sudah seharusnya menghargai nilai-nilai prinsip
kami dalam agama, dan sebaliknya pengembangan agama juga tidak
semestinya mengakibatkan hancurnya keragaman budaya, tradisi dan adat
istiadat di Indonesia," katanya. Poin kedua, lanjut dia, agama dan
budaya selama ini telah berkembang secara harmonis dalam perjalanan
sejarah panjang bangsa Indonesia.
"Keduanya telah bersama-sama
mewariskan nilai, norma, dan etika yang terbukti berhasil mempersatukan
keragaman masyarakat Indonesia yang sangat beragam," katanya.
Poin
ketiga adalah sikap membenturkan nilai dan norma agama dengan keragaman
budaya Indonesia dapat merusak modal sosial dan modal kulturalnya yang
telah menjadi fondasi bangsa dalam menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa."Keempat adalah pemerintah akan terus berupaya yang mampu
menghasilkan 'anak Indonesia' yang memiliki keyakinan bersama bahwa
keragaman adalah anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa," katanya.
Kepala
Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama (Kemenag) RI Mastuki
pada kesempatan sebelumnya mengatakan sarasehan tersebut digelar sebagai
upaya memperkuat relasi agama dan budaya di tengah makin kuatnya
infiltrasi budaya asing dan paham transnasional.
"Baru-baru ini
kami mendapati satu dua kasus terjadinya perbedaan cara pandang terkait
praktik budaya dan agama. Kami melihat perlu ada ruang untuk melakukan
dialog antara agamawan, cendekiawan, dan budayawan," katanya. Sarasehan
selama dua hari pada 2-3 November 2018 itu, mengambil tema
"Reaktualisasi Relasi Agama dan Budaya di Indonesia". Hal itu agar
dialog mengarah pada "frame of reference" terhadap budaya Indonesia yang
sejalan dengan nafas religius masyarakat Indonesia.
https://www.tagar.id/menteri-agama-sekolah-minggu-dan-katekisasi-tak-perlu-diatur-uu?fbclid=IwAR2k_Ar41OIzXKzOpV5IG9iQfaGBLax7GeDigcZyNBwxQdP5W278ch03h48
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Bagaimana Membuat Tanda Salib Sebelum Bacaan Injil Posted by Terang Iman - https://terangiman.com/2018/05/19/bagaimana-membuat-t...
-
Pertemuan pengurus lingkungan pada Hari Jumat, tanggal 21 Pebruari 2020 di rumah Bp Mardjuni, Griya Taman Asri Blok A1 dengan...
-
*Misa Minggu Palma, Minggu, 25 Maret 2018 pk. 07.00 perarakan dari SMP Pius. Umat bawa daun palma, ada lonceng yg berisi nyanyian dan doa um...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar