Bagaimana Membuat Tanda Salib Sebelum Bacaan Injil
Oleh Philip Kosloski
“Lebih dari sekedar gerakan rutin, tapi lebih dalam lagi ke dalam simbolisme alkitabiah.”
Bagi umat Katolik Roma, ada suatu gerakan
cepat yang seringkali tidak diperhatikan sebelum pembacaan Injil dalam
Misa. Sebuah penelusuran yang ringkas tentang tanda salib yang bukan
gerakan khas yang biasa kita dilakukan (Tanda Salib/Signum Crucis) dan berisikan banyak simbolisme.
Gerakan itu secara langsung meniru apa yang diakon (atau imam ketika diakon tidak ada) lakukan sesuai dengan pedoman (PUMR – red.)
sebelum pembacaan Firman dari Injil. Dalam Misa Romawi tertulis,
“Kemudian, dengan ibu jari kanan, pertama kali membuat tanda salib pada
buku pada permulaan Injil sebelum dibacakan, dan kemudian pada dirinya
sendiri di dahi, mulut, dan di dada.”
Sebelum itu, jika seorang diakon akan
mewartakan Injil, (jika ada imam) imam akan memberikan dia berkat dengan
mengucapkan doa berikut ini:
“Semoga Tuhan berada dalam hatimu dan bibirmu,
sehingga kamu dapat mewartakan Injil dengan pantas dan baik,
dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.”
sehingga kamu dapat mewartakan Injil dengan pantas dan baik,
dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.”
Dengan cara yang sama, ketika imam itu sendiri yang mewartakan Injil, dia berdoa dengan mengucapkan doa ini di dalam hati:
“Bersihkanlah hatiku dan bibirku, Allah Yang Mahakuasa
Sehingga saya dapat dengan pantas mewartakan Injil Suci-Mu.”
Sehingga saya dapat dengan pantas mewartakan Injil Suci-Mu.”
Umat awam dan semua orang yang mengikuti
Misa, diundang untuk melakukan doa dan gerakan yang sama sebelum Injil
dibacakan. Mereka semua didorong untuk mengatakannya dalam hati sebuah
doa singkat yang membuat mereka siap menerima Firman Allah.
“Semoga Firman Allah berada dalam pikiranku, bibirku, dan dalam hatiku.”
Suatu tindakan yang indah, yang pertama
tindakan ini memiliki akar biblis yang dalam. Contohnya, Allah
menjelaskan kepada umat Israel untuk mengucapkan kata-kata tertentu
(“Dengarlah, Hai Israel …”) setiap hari, namun juga membubuhkan
kata-kata itu “sebagai lambang di dahimu” (Ulangan 6:8). Banyak orang
Yahudi mengikutinya secara harafiah dan menempatkan sebuah gulungan
kecil di dahi mereka. Ini menjadi pengingat yang tampak untuk menjaga
Sabda Allah selalu ada pikiran mereka.
Yang kedua, doa adalah yang mengingatkan
bagaimana Nabi Yesaya menerima penglihatan di mana malaikat memurnikan
bibirnya dengan bara (lihat Yesaya 6). Hubungan ini dipelihara dalam
Misa Forma Ekstraordinaria (Misa Bentuk Tidak Biasa / Misa Tridentina –red.), di mana imam mengucapkan doa ini sebelum pembacaan Injil:
“Sucikanlah hati dan
bibirku, Allah yang Mahakuasa, yang telah mensucikan bibir nabi Yesaya
dengan bara api: berkenanlah karena belas kasihanMu menyucikan daku
sedemikian, hingga aku dapat mewartakan InjilMu yang suci dengan
pantas.” (Dikutip dari Kami Cinta Ritus Tridentina)
Yang terakhir, doa mengingatkan Firman
dari Surat kepada orang Ibrani, di mana sang penulis menulis, “Sebab
firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua
manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh,
sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran
hati kita.” (Ibrani 4:12).
Oleh karena itu, ketika kita melakukan
gerakan itu ketika Misa, menjadikannya benar-benar sebuah doa yang
mendalam, membuka diri kita kepada Firman Yesus Kristus. Setiap kali
kita mendengarkan Injil, Yesus mengetuk pintu hati kita, menunggu untuk
masuk. Kita hanya perlu membuka pintunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar