Minggu, 10 Maret 2019

Pendalaman Aksi Puasa Pembangunan

N K R I, JIWA RAGA KAMI

(Ulangan 26:1-10

TUJUAN

Umat menemukan inspirasi dari pengalaman bangsa Israel dalam hal semangat perjuangannya dan dapat bersyukur atas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar, kuat, dan banyak suku bangsa, budaya, bahasa, agamanya dalam bingkai NKRI, jiwa dan raga bangsa Indonesia.

GAGASAN POKOK

  Sesudah bangsa Israel memasuki dan menetap di tanah terjanji, Tuhan mau mengatakan bahwa bangsa Israel hendaknya tidak lupa untuk bersyukur. Selain bersyukur karena sudah sampai ke tanah terjanji dengan penuh perjuangan, bangsa Israel juga bersyukur telah menjadi bangsa yang besar, kuat, dan banyak jumlahnya. “… Bapaku dahulu seorang Aram, seorang pengembara. Ia pergi ke Mesir dengan sedikit orang saja dan tinggal di sana sebagai orang asing, tetapi di sana ia menjadi suatu bangsa yang besar, kuat, dan banyak jumlahnya.” (ay. 5).
  Bangsa Indonesia pun digambarkan juga sebagai bangsa yang besar. Bangsa yang besar ini disatukan dalam bingkai NKRI. Kebersatuan ini dapat terjadi karena adanya ‘perasaan senasib’; sama-sama pernah mengalami perjuangan, penderitaan, penganiayaan, penindasan, dan penjajahan. Perasaan senasib inilah yang terjadi dalam sejarah panjang perjuangan para tokoh perjuangan Bangsa Indonesia.
  Perjuangan para tokoh inilah yang terkadang terlewatkan dari pandangan kita. Pandangan kita hanya fokus pada menikmati kemerdekaan tanpa memandang perjuangan untuk mencapai kemerdekaan. Mengenang kembali sejarah perjuangan menjadi hal penting untuk kembali ditampilkan, diulas, direnungkan, dan ditarik maknanya. Kesemuanya itu kita dapatkan jikalau kita mau berjumpa dan mendengarkan kisah dari para tokoh perjuangan.


LANGKAH-LANGKAH PERTEMUAN

1.      PEMBUKA
1.1.  Lagu Pembuka
(Lagu yang disediakan dapat diganti dengan lagu lain yang sesuai dengan tema dan situasi)
Bapak, Ibu, Saudara dan Saudari terkasih. Marilah kita awali pertemuan Pendalaman Iman Masa Prapaska 2019 yang pertama ini dengan menyanyikan lagu Betapa Tidak Kita Bersyukur dari PS 707 / MB 489.

Betapa Tidak Kita Bersyukur
1.      Betapa kita tidak bersyukur bertanah air kaya dan subur; lautnya luas, gunungnya megah, menghijau padang, bukit dan lembah.
Reff:
Itu semua berkat karunia Allah Yang Agung, Mahakuasa; 
Itu semua berkat karunia Allah Yang Agung, Mahakuasa.
2.      Alangkah indah pagi merekah bermandi cah'ya surya nan cerah, ditingkah kicau burung tak henti, bunga pun bangkit harum berseri. Reff:
1.2.  Pengantar Pertemuan
(Pemandu menyampaikan pengantar singkat yang berisi sapaan, ucapan selamat datang, tema yang akan digumuli kepada peserta sekaligus mengajak peserta untuk mempersiapkan diri dengan ajakan berdoa pembuka bersama).
Bapak, Ibu, Saudara dan Saudari terkasih. Selamat datang dan selamat berjumpa kembali. 
Dalam pertemuan kali ini kita akan merenungkan dan menghayati tema “Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Untuk dapat merenungkan dan menghayati tema kali ini, kita akan dibantu dengan kisah bangsa Israel di tanah terjanji. Musa mengingatkan kembali kepada Bangsa Israel untuk bersyukur atas perjalanan panjang yang penuh dengan perjuangan. Kisah selengkapnya dapat kita temukan pada Kitab Ulangan 26:1-10.

Bangsa Indonesia juga mengalami hal serupa. Perjalanan panjang bangsa Indonesia yang penuh dengan perjuangan perlu kita syukuri. Syukur atas rasa persatuan yang menjadi semakin kuat dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1.3. Doa Pembuka
(Doa pembuka didoakan bersama-sama. Pemandu dapat mengganti doa yang sudah disediakan sesuai dengan kebutuhan).
P          Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. 
U         Amin.
Allah Bapa di surga, kami bersyukur atas segala rahmat yang Kaulimpahkan kepada kami, terlebih pada kesempatan ini, kami masing-masing telah Kautuntun sehingga dapat berkumpul di tempat ini untuk mengikuti Pendalaman Iman APP. 

Ya Allah Roh Kudus, hadirlah di tengah-tengah kami. Terangilah, hati dan pikiran kami masing-masing agar, seperti bangsa Israel, kami mampu selalu bersyukur atas Tanah Air kami tercinta, Tanah Air kami yang kaya dan subur. Tanah Air yang luas membentang terikat oleh semangat persatuan dalam NKRI. Semoga kami selalu ingat terhadap para tokoh pejuang yang telah mengorbankan segalanya demi sebuah kemerdekaan. Juga ingat akan para tokoh yang telah berjasa yang ada di sekitar kami, yang terkadang kami lupakan. Semua ini kami mohon kepada-Mu, demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.
2.      MENDALAMI SABDA
2.1.  Pengantar Pendalaman Sabda
(Pemandu menyampaikan pengantar berkaitan dengan sabda Tuhan yang akan dibacakan. Sedapat mungkin isi atau garis besar dari sabda Tuhan yang akan dibacakan disampaikan kepada peserta. Jangan lupa tema yang diangkat sedikit banyak harus disinggung. Selanjutnya, pemandu perlu mengajak peserta untuk terlibat dalam pewartaan dari Sabda Tuhan tersebut).
Bapak, Ibu, dan Saudara-i terkasih, sebentar lagi kita akan membaca Kitab Ulangan. Perikop ini menceritakan bangsa Israel yang diingatkan kembali oleh Musa untuk bersyukur atas penyertaan Allah. Allah telah membimbing dan menemani bangsa Israel hingga memasuki dan tinggal di tanah terjanji. Untuk itu, marilah kita membaca bersama dari Kitab Ulangan 26:1-10.
2.2.  Pembacaan Sabda Tuhan.
(Sabda Tuhan dibacakan. Pembacaan dapat dilakukan oleh salah satu dari peserta atau dapat juga dibacakan secara bergantian ayat demi ayat, atau juga dapat dibaca bersama oleh seluruh peserta.)
Bacaan Sabda Tuhan diambil dari Kitab Ulangan 26:1-10.
1     "Apabila engkau telah masuk ke negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, dan engkau telah mendudukinya dan diam di sana,
2        maka haruslah engkau membawa hasil pertama dari bumi yang telah kaukumpulkan dari tanahmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, dan haruslah engkau menaruhnya dalam bakul, kemudian pergi ke tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana.
3   Dan sesampainya kepada imam yang ada pada waktu itu, haruslah engkau berkata kepadanya: Aku memberitahukan pada hari ini kepada TUHAN, Allahmu, bahwa aku telah masuk ke negeri yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyang kita untuk memberikannya kepada kita.
4        Maka imam harus menerima bakul itu dari tanganmu dan meletakkannya di depan mezbah TUHAN, Allahmu.
5     Kemudian engkau harus menyatakan di hadapan TUHAN, Allahmu, demikian: Bapaku dahulu seorang Aram, seorang pengembara. Ia pergi ke Mesir dengan sedikit orang saja dan tinggal di sana sebagai orang asing, tetapi di sana ia menjadi suatu bangsa yang besar, kuat, dan banyak jumlahnya.
6    Ketika orang Mesir menganiaya dan menindas kami dan menyuruh kami melakukan pekerjaan yang berat,
7        maka kami berseru kepada TUHAN, Allah nenek moyang kami, lalu TUHAN mendengar suara kami dan melihat kesengsaraan dan kesukaran kami dan penindasan terhadap kami.
8       Lalu TUHAN membawa kami keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung, dengan kedahsyatan yang besar dan dengan tanda-tanda serta mujizat-mujizat.
9        Ia membawa kami ke tempat ini, dan memberikan kepada kami negeri ini, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.
10   Oleh sebab itu, di sini aku membawa hasil pertama dari bumi yang telah Kauberikan kepadaku, ya TUHAN. Kemudian engkau harus meletakkannya di hadapan TUHAN, Allahmu; engkau harus sujud di hadapan TUHAN, Allahmu.
Demikianlah Sabda Tuhan.
Syukur Kepada Allah.
2.3.  Pendalaman Sabda
(Dalam kesempatan ini, pemandu mengajak peserta untuk mendalami sabda Tuhan dengan bantuan pertanyaan pendalaman. Peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya. Diharapkan, pemandu dapat menghindari dominasi jawaban oleh peserta tertentu).
Bapak, Ibu, dan Saudara-i terkasih, setelah kita dengarkan pewartaan sabda Tuhan,  kini kita akan mendalaminya dengan dibantu pertanyaan-pertanyaan. Mari, kita gumuli satu per satu. Silakan nanti Bapak, Ibu dan Saudara-i berkenan menanggapi pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
1.      Pesan apa yang Anda tangkap dari ayat 1 dan 2?
2.      Siapa tokoh-tokoh bangsa Israel yang berjasa memperkembangkan bangsa Israel?
3.      Temukan tokoh-tokoh di sekitar Anda yang memberikan kontribusi atau jasanya bagi masyarakat! Siapa dan apa kontribusi atau perannya?
2.4.  Peneguhan
(Pemandu menyampaikan beberapa hal pokok yang disampaikan oleh peserta dengan menyesuaikan pesan yang mau disampaikan melalui sabda Tuhan dan tema pendalaman).
Bapak, Ibu, dan Saudara-i terkasih,
kita telah bergumul bersama menanggapi sabda Tuhan dan belajar dari bangsa Israel. Ada beberapa hal yang dapat kita petik hikmahnya.
1        Sabda Tuhan tadi berbicara tentang apa yang dikehendaki Tuhan apabila bangsa Israel sudah sampai dan tinggal di tanah terjanji. Secara singkat, Tuhan mau mengatakan bahwa hendaklah bangsa Israel tidak lupa untuk bersyukur. Yang dikehendaki Tuhan itu tidak lain adalah supaya bangsa Israel “membawa hasil pertama dari bumi yang telah kaukumpulkan dari tanahmu yang diberikan oleh Tuhan Allahmu, dan haruslah engkau menaruhnya dalam bakul, kemudian pergi ke tempat yang akan dipilih Tuhan Allahmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana”. (Ul 26, ay. 1). Selain bersyukur karena sudah sampai ke tanah terjanji dengan penuh perjuangan, tetapi juga bersyukur bahwa bangsa Israel telah menjadi bangsa yang besar. “…Bapaku dahulu seorang Aram, seorang pengembara. Ia pergi ke Mesir dengan sedikit orang saja dan tinggal di sana sebagai orang asing, tetapi di sana ia menjadi suatu bangsa yang besar, kuat, dan banyak jumlahnya.” (ay. 5). Ada 3 keadaan yang menggambarkan seperti apa bangsa Israel dalam perkembangannya: besar, kuat, banyak jumlahnya.
2        Bangsa Indonesia juga merupakan bangsa yang besar. Indonesia kerap kali tampil dan menjuarai berbagai cabang perlombaan antar negara. Singkatnya, Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata dan patut diperhitungkan di kancah dunia. Bangsa Indonesia menjadi kuat karena bersatu dalam bingkai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Ada lebih kurang 260 juta jiwa penduduk Indonesia. Mutlak bersatu karena terdiri dari suku-suku bangsa yang banyak jumlah. Belum bahasanya. Belum adat istiadatnya. Kebersatuan ini dapat terjadi karena adanya ‘perasaan senasib’; sama-sama pernah mengalami perjuangan, penderitaan, penganiayaan, penindasan, dan penjajahan.
3.      Faktor kesejarahan menjadi penting untuk kembali ditampilkan, diulas, direnungkan, dan ditarik maknanya dalam konteks ini supaya semua ingat bahwa NKRI itu ada karena sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia. Jas merah: jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Dalam kurun waktu itu pula banyak tokoh yang terlibat berjuang demi kemerdekaan. Terkadang, kita hanya teringat dengan tokoh-tokoh besar (Yos Sudarso, IJ. Kasimo, Adi Sucipto, Slamet Riyadi, Mgr. Soegijapranata, YB. Mangunwijaya), dan melupakan tokoh-tokoh pejuang kecil yang mungkin ada di sekitar kita.
3.      PENUTUP
3.1.  Rencana Aksi
(Dalam kebersamaan, peserta pendalaman diajak untuk mencari dan menemukan tokoh-tokoh yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya yang pernah memberikan kontribusi atau berjasa bagi masyarakat lingkungannya. Sebagai tindakan nyata, peserta dapat mengunjungi taman makam pahlawan, napak tilas tokoh-tokoh yang berjasa bagi masyarakat dan dapat menimba inspirasi dari mereka).
Sebagai tindak lanjut dan buah perutusan dari pertemuan ini: apa aksi nyata yang akan kita buat? Di mana, dengan siapa, kapan, dan bagaimana aksi tersebut akan kita jalankan?
3.2.  Doa Spontan Menanggapi Sabda Tuhan
(Pemandu mengajak peserta untuk menanggapi pesan Sabda Tuhan berkaitan dengan tema yang digumuli melalui doa spontan dan selanjutnya mengajak seluruh peserta menggabungkan doa-doa tadi dengan doa Bapa Kami).
Bapak, Ibu, dan Saudara-i terkasih, kita akan menanggapi sabda Tuhan dengan doa-doa kita. Silakan Bapak, Ibu, dan Saudara-i nanti mengungkapkannya. Marilah, sekarang kita hening sejenak untuk mempersiapkan doa-doa kita.

------------- hening sejenak ---------------

Allah, Bapa kami, dengarkanlah  doa-doa dari umat-Mu yang berhimpun ini:
(Umat diberi kesempatan menyampaikan doa-doanya dan setelah dianggap cukup, pemandu perlu menutup doa spontan dengan kata-kata sendiri)
Demikian ya Bapa, doa-doa syukur, pujian, dan harapan yang kami hunjukkan kepada-Mu. Perkenankan kami menyatukan doa-doa yang telah kami lambungkan ini dengan doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, Putra-Mu.

Bapa Kami…

3.3. Doa Penutup
Allah Bapa Yang Mahamurah, kami bersyukur atas penyertaan-Mu dalam pertemuan Pendalaman Iman APP ini. Melalui Pendalaman Iman APP ini, semoga kami makin mensyukuri atas jasa para pahlawan, baik di tingkat nasional maupun yang ada di sekitar kami. Karena merekalah, NKRI dapat merdeka, terbentuk, dan bersatu sampai saat ini. Semoga berkat pendalaman iman ini, iman kami semakin tersemangati dan kami digerakkan untuk melakukan tindakan nyata. Doa ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan, dan Pengantara kami. Amin.
P          Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. 
U         Amin.
P          Dengan ini pertemuan Pendalaman Iman telah selesai.
U         Syukur kepada Allah.
3.4. Lagu Penutup
(Lagu yang disediakan dapat diganti dengan lagu lain yang sesuai dengan tema dan situasi)
Bapak, Ibu, dan Saudara-i terkasih, 
marilah kita akhiri pertemuan ini dengan menyanyikan bersama:
“Dari Sabang Sampai Merauke”
Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau.
Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia.         
Indonesia Tanah Airku, aku berjanji padamu.
            Menjunjung Tanah Airku, Tanah Air-Ku Indonesia

“Padamu Negeri”
Padamu negeri kami berjanji 
Padamu negeri kami berbakti 
Padamu negeri kami mengabdi 
Bagimu negeri jiwa raga kami


Rabu, 06 Maret 2019

Jadwal Pengakuan Dosa

JADWAL PENERIMAAN SAKRAMEN TOBAT LINGKUNGAN

Kamis, 14 Maret
17.30. Lingk. Petrus
17.30. Lingk. Theresa

Kamis, 21 Maret
17.30. Lingk Yohanes
17.30. Lingk Ignatius

Selasa, 26 Maret
17.30. Lingk Maria
17.30. Lingk Paulus

Kamis, 28 Maret
17.30. Lingk. Markus

17.30. Lingk. Stefanus

Catatan :
1. Semua diawali dengan Ibadat Tobat dipimpin oleh prodiakon lingkungan
2. Ketua Lingkungan menentukan tempat Sakramen Tobat

Pastor Paroki St Lukas Pemalang
RD Andreas Surya Purnawan

Sabtu, 02 Maret 2019

Surat Gembala USKUP PURWOKERTO


Saudara-saudari yang terkasih, 
Besok Rabu, tanggal 6 Maret kita akan memasuki Masa Prapaskah. Masa Prapaskah adalah masa penuh rahmat yang mengarah kepada satu tujuan yang pasti yaitu kebangkitan : kemenangan Kristus atas maut. Selama masa ini, panggilan pertobatan semakin digemakan: kita semua dipanggil untuk berbalik kepada Tuhan Allah dengan segenap hati (bdk. Y1 2:12).
Ya, pertobatan bukanlah sekedar menyesali kesalahan. Tidak cukuplah kita menyesali kekeliruan yang telah kita lakukan atau menangisi dosa-dosa kita. Hal itu belum merupakan pertobatan yang sejati. Itu barulah penyesalan. Pertobatan adalah berbalik kepada Tuhan. Dasar pertobatan bukan pertama-tama penyesalan atas kekeliruan, melainkan justru kesadaran akan kerahiman Tuhan. “Berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab la pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (Y1 2:13). Kesadaran akan sifat Allah yang demikian itulah yang menjadi dasar pertobatan kita. Kesadaran itu mengantar kita kepada kesadaran lain yaitu bahwa kita selama ini telah berulang kali menyia-nyiakan rahmat yang Dia tawarkan. Itulah dosa, yaitu ketika kita tidak membalas kasih Allah kepada kita namun justru memutusnya. Maka pertobatan selalu dimulai dari kesadaran akan kebaikan Allah yang demikian agung dan akan penolakan kita terhadap kasih-Nya itu. Dari kesadaran itulah, kita digerakkan untuk kembali kepada Bapa dan mengalami kasih-Nya.
Maka bagi kita, umat Katolik, pertobatan bukanlah sekedar soal memperbaiki perilaku hidup. Perubahan cara hidup menjadi semakin baik adalah buah dari pengalaman akan kasih Allah. Ketika orang menyadari kasih Allah dalam dirinya dan berusaha tetap tinggal dalam kasih itu, maka akan terjadi transformasi hidup dalam dirinya dan hidupnya akan menghasilkan buah-buah yang melimpah. Itulah pertobatan.
Saudara-saudari yang terkasih, 
Pertobatan yang sejati pasti terwujud secara konkret dalam perbuatan nyata. Kitab Putera Sirakh yang kita dengarkan dalam bacaan pertama mengatakan, “Nilai ladang ditampakkan oleh pohon yang tumbuh di situ” (Sir 27:6). Dalam nada yang sama, Yesus juga mengatakan dalam Injil, “Setiap pohon dikenal dari buahnya” (Luk 6:44). Pertobatan yang sejati dapat dilihat dalam buahnya yaitu perbuatan nyata yang bisa dirasakan oleh orang lain. Pertobatan yang sejati memang tidak hanya akan menghasilkan kesalehan pribadi yang dirasakan oleh diri sendiri. Pertobatan yang sejati selalu mengandung dimensi sosial. Itulah sebabnya, Gereja menyelenggarakan gerakan Aksi Puasa Pembangunan (APP). Hal ini tidak lain dimaksudkan supaya aksi pertobatan kita juga menghasilkan buah yang bisa dirasakan tidak hanya oleh masing-masing pribadi, tetapi juga oleh umat lain bahkan masyarakat pada umumnya. Puasa bukanlah tindakan menyiksa diri dengan menahan lapar sepanjang hari, lalu pada hari berikutnya dibalas dengan makan sepuasnya. Puasa adalah tindakan solidaritas dengan orang-orang yang berkekurangan. Solidaritas ini tidak hanya diwujudkan melalui usaha merasakan kekurangan sebagaimana apa yang mereka rasakan, tetapi juga dengan menyisihkan uang yang sedianya kita belanjakan untuk kebutuhan makan sebagai dana APP. Dengan demikian, puasa kita sungguh mempunyai dampak tidak hanya bagi diri sendiri, melainkan bagi sesama kita. Itulah sebabnya, puasa tidak pernah lepas dari amal kasih dan doa. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang hendak kita lakukan secara lebih intensif selama masa prapaskah ini.
Saudara-saudari terkasih, 
Wujud pertobatan yang kita usahakan dalam masa prapaskah ini tidak terbatas pada gerakan APP. Secara khusus, untuk tahun ini, bangsa Indonesia akan menyelenggarakan pesta demokrasi dengan Pemilihan Presiden dan anggota legislatif yang kebetulan jatuh pada pekan suci yaitu tanggal 17 April 2019. Peristiwa ini kiranya perlu dilihat tidak hanya sebagai peristiwa politik, namun juga sebagai hal yang tidak bisa dilepaskan dari panggilan kita sebagai orang beriman. Memang, senyatanya tidak ada pertentangan antara menjadi orang Katolik dan menjadi warga negara Indonesia. Alm. Mgr. Albertus Soegiyopranoto pernah menekankan bahwa jati diri kita adalah 100% Katolik dan 100% Indonesia. Oleh karenanya, pertobatan yang menjadikan orang semakin menghayati iman Katoliknya mestinya juga menjadikan orang semakin mencintai negara kita. Usaha terus-menerus untuk semakin melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara juga merupakan salah satu wujud nyata dari pertobatan yang mempunyai dimensi sosial ini. Itulah sebabnya, dalam kesempatan ini secara khusus saya ingin mengajak semua orang Katolik yang mempunyai hak pilih untuk menggunakannya sebaik-baiknya. Kita harus ikut menentukan masa depan bangsa ini. Jangan golput! Datanglah ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk memilih presiden dan wakil kita di lembaga legislatif. Pertimbangkanlah sungguh-sungguh pilihan kita. Pilihlah orang yang sungguh-sungguh bisa memperjuangkan kebaikan umum, menjunjung tinggi martabat dan hak asasi manusia serta menghormati kebhinekaan yang merupakan kekayaan dan kekuatan bangsa kita.
Akhimya, saudara-saudari yang terkasih, marilah kita mohon agar Roh Kudus menyertai kita dalam laku tobat kita di masa prapaskah ini. Marilah kita juga saling mendoakan satu sama lain, agar berkat kemenangan Yesus Kristus di hari Paskah nanti, kita dimampukan untuk semakin solider dengan sesama dan semakin terlibat dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dengan demikian, kita bisa mengalami dan mewartakan sukacita Paskah secara penuh.
Purwokerto, 2 Maret 2019
Mgr. Christophorus Tri Harsono
Uskup Dioses Purwokerto