Rabu, 24 Oktober 2018

Mgr Tri: Gereja Katolik Harus Terbuka

Mgr Tri: Gereja Katolik Harus Terbuka

https://indonesia.ucanews.com/2018/10/17/mgr-tri-gereja-katolik-harus-terbuka/

Oktober 17, 2018

Uskup Purwokerto Mgr Christophorus Tri Harsono yang ditahbiskan pada Selasa (16/10) menekankan pentingnya nilai-nilai yang tertuang dalam dokumen Konsili Vatikan II, Nostra Aetate (Pada Zaman Kita), khususnya tentang ajaran untuk tidak mengagungkan diri dan lebih terbuka.

Upacara tahbisan itu digelar di Graha Widyatama Universitas Jenderal Soedirman di Purwokerto, ibukota Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah. Lebih dari 5.000 umat Katolik serta ratusan uskup, imam dan biarawati menghadiri acara tersebut.

Sebelum ditahbiskan sebagai uskup Purwokerto, Mgr Tri – yang kini berusia 52 tahun – berkarya sebagai vikaris jenderal Keuskupan Bogor di Propinsi Jawa Barat.

Mgr Tri menggantikan Mgr Julianus Kema Sunarka SJ yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai uskup Purwokerto pada Desember 2016 setelah menginjak usia 75 tahun atau usia pensiun.
“Sebenarnya dalam Nostra Aetate diajarkan keunggulan Gereja Katolik: tidak boleh mengunggulkan diri dan harus terbuka terhadap orang lain. Makanya mau tidak mau toleransi atau yang disebut juga menghargai orang lain adalah kekhasan Gereja Katolik,” kata Mgr Tri kepada ucanews.com.
Nostra Aetate adalah sebuah deklarasi tentang hubungan Gereja dengan agama-agama non-Kristen. Dokumen ini dideklarasikan oleh Paus Paulus VI pada 28 Oktober 1965.

“Saya ingin berteman dengan siapa pun, saya ingin bersahabat dengan siapa pun. Tidak hanya mempromosikan saja, tapi saya menunjukkan. Kalau saya hanya promosi, tidak diikuti. Tapi saya datang, bergaul, ngopi-ngopi bersama,” lanjut prelatus itu.
“Ini akan lebih baik dibanding formalitas pertemuan FKUB, pertemuan dialog antaragama, dsb,” katanya.

Ditahbiskan sebagai imam diosesan pada 1995, Mgr Tri pernah mengenyam Studi Bahasa dan Budaya Arab di Kairo, Mesir, dan di Institut Kepausan untuk Studi Bahasa Arab dan Islam di Roma, Italia.

Ia juga pernah berkarya sebagai ketua Komisi Hubungan Antar-Agama dan Kepercayaan Keuskupan Bogor dan anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Propinsi Jawa Barat.
“Saya harus menyatukan yang namanya kebangsaan kita: ‘100 persen Katolik, 100 persen Indonesia.’ Itu yang memang harus diperjuangkan. Kalau kita sendiri tidak mengenal ke-Katolik-an kita, kita juga tidak dikuatkan oleh ke-Katolik-an kita, kita juga tidak bangga dengan ke-Katolik-an kita, bagaimana mungkin kita bisa membaur dengan bangsa atau kelompok atau agama lain?” kata Mgr Tri.

“Contohnya Pancasila, (ini) sebenarnya bisa menyatukan kebhinnekaan. Masak Roh Kudus tidak bisa. Roh Kudus lebih dari pada itu. Jadi saya memang harus benar-benar menekankan konsep tentang Allah yang benar dulu. Kalau sudah benar, umat dengan sendirinya pasti inklusif,” lanjutnya.
Menurut Mgr Tri, toleransi merupakan suatu keniscayaan. “Ini bukan sesuatu yang mustahil. Ini memang kebutuhan orang Katolik,” tegasnya.

Selain itu, uskup baru yang memilih motto tahbisan “Fiat mihi secundam verbum tuum” (Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu – bdk. Lukas 1:38), itu akan menggunakan waktu satu tahun ke depan untuk mengunjungi para imam, khususnya imam diosesan.
“Saya pertama-tama mau mengenal dulu semuanya. Tidak ada program, tidak ada prioritas apa pun. Maka saya hanya menyampaikan bahwa saya mau mengenal semua dulu: paroki, umat, yayasan. Tapi terutama imam-imamnya. Saya akan datang ke semua imam, satu per satu, saya tidak memanggil, saya akan hadir. Utamanya itu,” kata Mgr Tri.

“Baru datang saja sudah banyak permasalahan, internal. Para imamnya, terutama bukan imam tarekat, ordo atau kongregasi, tapi imam diosesannya,” lanjutnya.

Agustinus Bambang Murdoko dari Paroki St. Stefanus di Cilacap menyambut baik rencana Mgr Tri terkait kunjungan kepada para imam.

“Harapan saya uskup yang baru bisa mempertahankan jumlah imam dan memperbanyak panggilan. Umat betul-betul membutuhkan sosok imam,” katanya kepada ucanews.com.
“Jumlah imam semakin lama semakin berkurang. Jumlah panggilan diharapkan bertambah subur. Saya tidak ada data, tapi secara umum yang saya lihat jumlah imam banyak mengalami penurunan karena banyak imam keluar karena masalah krusial,” lanjutnya.

Keuskupan Purwokerto memiliki sekitar 61.000 umat Katolik di 25 paroki yang dilayani oleh 46 imam diosesan, 35 imam religius, 145 biarawati dan 24 bruder.

Uskup Purwokerto Mgr Christophorus Tri Harsono. (Foto: Panitia tahbisan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar