Selasa, 23 Oktober 2018

Bagaimana Membuat Tanda Salib Sebelum Bacaan Injil

Oleh Philip Kosloski

Tanda Salib Sebelum Injil (Sumber: Andreas Solaro / AFP dan aleteia.org)

“Lebih dari sekedar gerakan rutin, tapi lebih dalam lagi ke dalam simbolisme alkitabiah.”

Bagi umat Katolik Roma, ada suatu gerakan cepat yang seringkali tidak diperhatikan sebelum pembacaan Injil dalam Misa. Sebuah penelusuran yang ringkas tentang tanda salib yang bukan gerakan khas yang biasa kita dilakukan (Tanda Salib/Signum Crucis) dan berisikan banyak simbolisme.
Gerakan itu secara langsung meniru apa yang diakon (atau imam ketika diakon tidak ada) lakukan sesuai dengan pedoman (PUMR – red.) sebelum pembacaan Firman dari Injil. Dalam Misa Romawi tertulis, “Kemudian, dengan ibu jari kanan, pertama kali membuat tanda salib pada buku pada permulaan Injil sebelum dibacakan, dan kemudian pada dirinya sendiri di dahi, mulut, dan di dada.”
Sebelum itu, jika seorang diakon akan mewartakan Injil, (jika ada imam) imam akan memberikan dia berkat dengan mengucapkan doa berikut ini:
“Semoga Tuhan berada dalam hatimu dan bibirmu,
sehingga kamu dapat mewartakan Injil dengan pantas dan baik,
dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.”
Dengan cara yang sama, ketika imam itu sendiri yang mewartakan Injil, dia berdoa dengan mengucapkan doa ini di dalam hati:
“Bersihkanlah hatiku dan bibirku, Allah Yang Mahakuasa
Sehingga saya dapat dengan pantas mewartakan Injil Suci-Mu.”
Umat awam dan semua orang yang mengikuti Misa, diundang untuk melakukan doa dan gerakan yang sama sebelum Injil dibacakan. Mereka semua didorong untuk mengatakannya dalam hati sebuah doa singkat yang membuat mereka siap menerima Firman Allah.
“Semoga Firman Allah berada dalam pikiranku, bibirku, dan dalam hatiku.”
Suatu tindakan yang indah, yang pertama tindakan ini memiliki akar biblis yang dalam. Contohnya, Allah menjelaskan kepada umat Israel untuk mengucapkan kata-kata tertentu (“Dengarlah, Hai Israel …”) setiap hari, namun juga membubuhkan kata-kata itu “sebagai lambang di dahimu” (Ulangan 6:8). Banyak orang Yahudi mengikutinya secara harafiah dan menempatkan sebuah gulungan kecil di dahi mereka. Ini menjadi pengingat yang tampak untuk menjaga Sabda Allah selalu ada pikiran mereka.
Yang kedua, doa adalah yang mengingatkan bagaimana Nabi Yesaya menerima penglihatan di mana malaikat memurnikan bibirnya dengan bara (lihat Yesaya 6). Hubungan ini dipelihara dalam Misa Forma Ekstraordinaria (Misa Bentuk Tidak Biasa / Misa Tridentina –red.), di mana imam mengucapkan doa ini sebelum pembacaan Injil:
“Sucikanlah hati dan bibirku, Allah yang Mahakuasa, yang telah mensucikan bibir nabi Yesaya dengan bara api: berkenanlah karena belas kasihanMu menyucikan daku sedemikian, hingga aku dapat mewartakan InjilMu yang suci dengan pantas.” (Dikutip dari Kami Cinta Ritus Tridentina)
Yang terakhir, doa mengingatkan Firman dari Surat kepada orang Ibrani, di mana sang penulis menulis, “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibrani 4:12).
Oleh karena itu, ketika kita melakukan gerakan itu ketika Misa, menjadikannya benar-benar sebuah doa yang mendalam, membuka diri kita kepada Firman Yesus Kristus. Setiap kali kita mendengarkan Injil, Yesus mengetuk pintu hati kita, menunggu untuk masuk. Kita hanya perlu membuka pintunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar