Selasa, 23 Oktober 2018

Membungkuk saat Syahadat, untuk apa?

Membungkuk saat Syahadat, untuk apa?

Dalam buku Tata Perayaan Ekaristi (TPE) ditulis demikian: “Membungkuk: dilakukan ketika mengucapkan ” Ia dikandung dari Roh Kudus , dilahirkan oleh Perawan Maria dan menjadi manusia” (Syahadat Nikea-Konstantinopel) atau ” yang di kandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria” (Syahadat Para Rasul) sebagai tanda ungkapan iman.”

Kalimat ini, mengungkapkan iman kita akan dua peristiwa yang terjadi lewat campur tangan ilahi, yang keduanya dirayakan dalam dua Hari Raya Gerejawi, yakni: Hari Raya Kabar Sukacita (25 Maret) yang merayakan peristiwa dikandungnya Santa Maria oleh Roh Kudus yang disampaikan oleh malaikat Gabriel, dan Hari Raya Natal (25 Desember) yang merayakan kelahiran Yesus Kristus, Sang Mesias terjanji. Maka pada kedua hari raya ini, umat tidak hanya membungkuk pada kalimat di atas, tapi berlutut.
Dalam Syahadat Nikea-Konstantinopel / Syahadat Panjang, lebih tegas dalam ungkapan keagungan misteri ini: et incarnatus est de Spiritu Sancto (Ia dikandung dari Roh Kudus), ex Maria Virgine (dilahirkan oleh Perawan Maria), et homo factus est (dan menjadi manusia).
Rangkaian peristiwa kabar sukacita sampai kelahiran, bermuara pada sebuah fakta iman, bahwa Putra Allah yang tunggal, yang sehakikat dengan Bapa, telah menjadi manusia. Peristiwa inilah yang disebut dengan peristiwa inkarnasi.  Santo Paulus mengungkapkannya dengan indah dalam suratnya kepada Gereja di Filipi: “… telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Flp. 2:7-8).
Gerakan membungkuk saat kalimat syahadat, merupakan tanda ungkapan iman yang mendalam akan Allah yang menjadi sama dengan manusia, yang merendahkan diri-Nya bahkan sampai wafat di kayu salib. Allah yang merendahkan diri-Nya ini kita hayati dan ungkapkan dalam bentuk gerakan yang merendahkan diri kita pula di hadapan-Nya, yakni membungkuk khidmat. Pada Hari Raya Kabar Sukacita dan Hari Raya Natal dimana dua peristiwa ini dirayakan, kita tidak hanya membungkuk namun lebih merendahkan diri lagi, yakni berlutut.
Maka marilah kita galakkan lagi tata gerak ini, bukan supaya memenuhi aspek legalitasnya belaka, namun lebih dalam dari itu, demi memperdalam iman kita akan Allah yang berinkarnasi menjadi manusia, lewat rahim Santa Perawan Maria.
~ Dominus illuminatio mea et salus mea ~
Sumber: Page “Gereja Katolik” Facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar